Tawuran
kalau kita coba menilai dari sisi positifnya merupakan suatu bentuk
kerjasama yang sangat kompak antar individu di dalam kelompok
tertentu. Dan tawuran bisa dikatakan sebagai bagian dari budaya
gotong royong yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia :).
Di
jaman penjajahan dulu, bangsa kita harus melakukan “tawuran”
hidup atau mati untuk melawan para penjajah yang bersenjata lebih
lengkap demi untuk mewujudkan kemerdekaan yang kita rasakan saat
ini.
Sayangnya, sekarang budaya tawuran telah disalahgunakan. Lawan yang dihadapi bukan lagi penjajah tapi bangsa sendiri, saudara setanah air!. Dan begitu teganya kita melukai bahkan membunuh sesama manusia untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya!!!.
Sayangnya, sekarang budaya tawuran telah disalahgunakan. Lawan yang dihadapi bukan lagi penjajah tapi bangsa sendiri, saudara setanah air!. Dan begitu teganya kita melukai bahkan membunuh sesama manusia untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya!!!.
Apa
penyebab terjadinya tawuran saat ini ? Dari berbagai sumber yang
warcoff dapatkan ada tiga faktor utama penyebab terjadinya tawuran,
yaitu :
Faktor
dendam/musuh warisan : Pengaruh unsur doktrinisasi dari
senior terhadap para yunior punya pengaruh besar terhadap faktor ini.
Seperti aksi tawuran berapa waktu lalu antara SMAN 6 dan 70,
disinyalir aksi tersebut didorong oleh perilaku kolektif sebagai
siswa SMAN 70 yang menganggap siswa SMAN 6 sebagai musuh bebuyutan.
Begitupun tawuran antar siswa SMK di kota warcoff baru-baru ini, itu
juga terjadi karena masalah dendam lama.
Faktor
kesetiakawanan/loyalitas : Tidak hanya siswa sekolah, kelompok
atau warga kampung, bahkan para anggota DPR yang terhormat pun bisa
dengan spontan melakukan "tawuran" terhadap anggota partai
lain atas dasar loyalitas dan kesetiakawanan sesama anggota partainya
:).
Faktor
lingkungan sosial : Seperti kita ketahui, situasi dan kondisi
lingkungan sosial adalah ajang pembelajaran yang bisa diterima dan
dipelajari dengan bebas oleh siapa saja. Ada banyak contoh negatif
yang akhirnya menjadi pemicu para pelaku untuk lebih berani dan
mempunyai kesempatan melakukan tawuran. Salah satunya sikap kurangnya
“kepedulian” kita terhadap orang lain diluar lingkungan kita
dengan berbagai alasan tertentu atau "merasa paling benar".
Ketiga
faktor diatas sulit ditanggulangi secara tuntas karena sudah menjadi
bagian kehidupan sehingga telah mengakar dan mendarah daging di
setiap benak siswa, kelompok masyarakat atau pelaku tawuran pada
umumnya.
Jadi
bagaimana cara mencegah dan menanggulangi tawuran ? ada beberapa
cara yang mungkin tepat dan efektif menurut warcoff, sebagai berikut
:
1. Tangkap pemimpin/biang kerok/provokator tawuran
Setiap
aksi berkelompok pasti ada orang atau pihak yang menjadi motor
penggerak atau pemimpinnya. Jadi pihak kepolisian harus bisa
mengetahui dan menangkap para pemimpin atau dalang terjadinya tawuran
tersebut untuk diberikan pengarahan atau hukuman yang pantas.
2. Bersikap simpati dan empati
Khusus
para pelaku tawuran antar siswa atau mahasiswa, mungkin akan lebih
mudah penanganannya dengan cara yang halus, bersimpati dan empati.
Dekati mereka sebagai sahabat, bukan sebagai orang tua atau guru pada
muridnya. Para pelaku tawuran (siswa/mahasiswa) ini dan kebanyakan
remaja pada umumnya lebih suka pendekatan yang sifatnya tidak
menggurui, menceramahi apalagi diberi hukuman fisik.
Mereka
pada dasarnya adalah remaja yang baik dan mau patuh pada aturan, tapi
kadang peraturan yang notabene dibuat oleh pemerintah/pihak
sekolah/orangtua tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan atau
keinginan dari para siswa/mahasiswa tersebut.
3.
Membina kerjasama yang kuat dan berkesinambungan antara pihak
sekolah, siswa, orang tua, kepolisian serta media sosial.
Bentuk
kerjasamanya adalah menjalin keterbukaan informasi dan
komunikasi antara kelima pihak tersebut. Keterbukaan informasi dan
komunikasi ini penting terutama antara Orang tua dan anaknya, antara
lain tentang bagaimana kondisi atau kenyataan yang terjadi di
lingkungan pergaulan sekolah mereka. Laporkan ke pihak sekolah jika
ada kondisi atau situasi yang akan mengakibatkan efek buruk pada
siswa, Selanjutnya jika pihak sekolah tidak mampu menanganinya harus
segera melaporkan ke pihak kepolisian untuk segera ditindaklanjuti.
Lalu
apa peran media sosial ? Media sosial dalam hal ini punya
peranan sebagai pengawas dan penyaji informasi yang efektif dan
efisien serta netral. Media sosial bisa menjadi alat untuk
mengingatkan pihak terkait tentang penerapan atau implementasi suatu
peraturan dan kerjasama yang dibuat agar tetap berjalan sesuai
rencana.
Selain
itu media sosial bisa menjadi penyampai aspirasi para siswa/mahasiswa
tentang apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Apalagi jumlah
terbanyak pengguna aktif media sosial adalah usia remaja dan
mahasiswa. Tentu ini akan sangat membantu mempermudah proses
penanggulangan tawuran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar